Negara-negara anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Rabu (31/7/2024) menyerukan peningkatan upaya diplomatik, untuk mencegah meluasnya konflik di Timur Tengah, setelah pembunuhan terhadap dua pemimpin Hamas maupun Hizbullah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu pagi, yang memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dan kekhawatiran bahwa konflik Gaza berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.
Pembunuhan itu terjadi kurang dari 24 jam, setelah komandan militer paling senior Hizbullah tewas, dalam serangan zionis di ibu kota Lebanon, Beirut, sebagai balasan atas serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki negara zionis Israel.
“Kami khawatir kawasan itu berada di ambang perang habis-habisan,” kata wakil utusan Jepang untuk PBB, Shino Mitsuko, pada Rabu, mendesak upaya internasional untuk mencegah konflik semacam itu.
Tiongkok, Rusia, Aljazair, dan negara-negara lain mengutuk pembunuhan Haniyeh, yang oleh Duta Besar Iran untuk PBB sebut sebagai tindakan terorisme, sementara AS, Inggris, dan Prancis mengemukakan apa yang mereka sebut sebagai dukungan Iran terhadap para pelaku yang membuat kawasan itu tidak stabil.
Fu Cong, Duta Besar Tiongkok untuk PBB, mengatakan kegagalan mencapai gencatan senjata di Gaza menjadi penyebab memburuknya ketegangan.
“Negara-negara dengan pengaruh besar harus memberikan lebih banyak tekanan dan berusaha lebih keras, untuk memadamkan api perang di Gaza,” katanya.