Menkeu Minta Izin DPR Untuk Gunakan SAL
Guna membiayai kenaikan defisit anggaran tersebut, pemerintah kata Menkeu akan menggunakan Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebesar Rp100 triliun. Dengan begitu, pembiayaan defisit APBN melalui utang atau melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) bisa lebih ditekan lagi.
“Inilah, sebetulnya tahun 2022-2023 waktu kami mampu mengumpulkan SAL cukup besar dipakai pada saat situasi sekarang, pada saat suku bunga dunia tinggi, rupiah sedang mengalami tekanan. Kami bisa menjaga agar SBN tidak di-issue lebih banyak sehingga dengan demikian kami bisa menjaga competitiveness dari yield SBN kita tanpa mengalami tekanan yang besar. Kami mengajukan kepada DPR untuk menggunakan SAL Rp100 triliun tambahan dari yang Rp 51 triliun yang sudah kita usulkan UU APBN,” jelasnya.
Menkeu Sri Mulyani juga melaporkan bahwa untuk semester-I 2024 APBN telah mengalami defisit sebesar Rp77,3 triliun atau 0,34 persen dari PDB. Angka tersebut tentu tidak terlalu menggembirakan mengingat pada periode yang sama pada tahun lalu anggaran negara masih tercatat surplus Rp152,3 triliun.
“Namun apabila kita lihat dari postur APBN keseluruhan APBN 2024, dimana desain dari APBN 2024 adalah defisit mencapai Rp552,8 triliun, maka realisasi defisit Rp77,3 triliun masih di dalam range yang ada di dalam APBN kita,” jelasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Diproyeksikan Jadi 5,0-5,2 Persen
Dalam kesempatan ini, mantan Managing Director World Bank ini juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tanah air secara keseluruhan pada tahun ini akan berkisar di 5,0-5,2 persen. Target ini jauh lebih rendah dari sebelumnya di mana dalam asumsi makro APBN 2024 pemerintah mematok ekonomi tanah air bisa tumbuh di level 5,2 persen.
Hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Pasalnya, perekonomian dunia kata Menkeu Sri masih cenderung stagnan bahkan melemah. Selain itu situasi dan kondisi geopolitik, serta kebijakan fiskal dan moneter yang ketat dari berbagai negara maju pasti berimbas pada negara-negara di emerging market termasuk Indonesia.
“Proyeksi untuk semester-II dari pertumbuhan ekonomi kita memperkirakan pada kisaran 5,0-5,2 persen sehingga outlook untuk keseluruhan tahun ini di 5,0-5,2 persen. Ini masih mendekati dari asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN yang 5,2 persen,” jelasnya.