Laila Pertaruhkan Nyawa Demi Sepakbola

SIANG itu laut Moro tampak cerah. Ombak biru juga relatif tenang. Pompong (sejenis kapal motor kecil berbobot 2 GT) yang ditumpangi Laila merapat perlahan di dermaga, di samping pelabuhan antarpulau Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau.

Pompong itu sarat penumpang, bagian haluan hingga buritan penuh dengan penumpang, termasuk di atas atap pompong juga diduduki penumpang. Anak-anak maupun dewasa tampak berdesak-desakan di atas pompong, sarana penghubung antarpulau di Kabupaten Karimun.

“Kami naik pompong ke Moro untuk nonton sepakbola,” kata Laila, gadis yang beranjak dewasa. Gadis berusia 18 tahun itu berasal dari Pulau Sugie dan hendak menonton turnamen sepakbola Piala Nurdin Basirun di Stadion Moro.
Tidak hanya pompong yang ditumpangi Laila yang merapat di dermaga, tetapi masih ada beberapa pompong yang turut menurunkan penumpang yang jika kita amati hampir semuanya kelebihan kapasitas.
Para penumpang yang notabene anak pulau itu merasa tidak khawatir bila kapal yang ditumpanginya tenggelam karena kelebihan kapasitas, atau akibat ombak besar yang sering datang mendadak.
“Bagi kami sudah biasa menumpang pompong, kami mau naik apalagi kalau bukan pompong itu,” kata Laila.
Puluhan penumpang itu satu persatu menaiki anak tangga dermaga, tidak terkecuali anak-anak, dengan dibantu orang dewasa, mereka sepertinya sudah biasa naik-turun dermaga yang terbilang rawan bagi anak-anak.
Amir, penumpang pompong mengakui ombak di laut kadang-kadang berubah ganas, apalagi pada saat musim angin utara. Namun, masyarakat pulau pada umumnya sudah hafal saat-saat musim ombak besar.
“Kami sudah hafal ombak besar, kalau cuaca di laut mendung jangan coba-coba turun ke laut, pompong bisa terbalik dihantam ombak,” katanya.
Hampir di sembilan kecamatan di Karimun dihubungkan dengan laut, sarana transportasi berupa pompong menjadi alat utama yang menghubungkan satu kecamatan dengan kecamatan lain, baik dari ibukota kabupaten di Tanjung Balai Karimun, Pulau Buru, Pulau Kundur dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
“Kalau tidak dengan pompong kami mau naik apalagi, di pulau kami tidak ada alat angkut kapal yang lebih besar,” kata Amir.
Kehidupan masyarakat pulau yang mengarungi laut dari satu pulau ke pulau lain sudah menjadi hal biasa di Karimun.
Berdasarkan data dari Pemkab Karimun, Karimun yang dimekarkan menjadi kabupaten berdasarkan UU No53/1999 memiliki luas sekitar 7.984 kilometer persegi dengan jumlah pulau sebanyak 245 pulau, luas tersebut terdiri atas daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan laut seluas 6.460 kilometer persegi.
Karimun terletak antara 0º35’ Lintang Utara sampai dengan 1º10’ Lintang Utara dan 103º30’ Bujur Timur sampai dengan 104º Bujur Timur yang yang berbatasan langsung Selat Malaka dan Singapura di sebelah utara, Kecamatan Kateman, Indragiri Hilir, Riau pada sebelah Selatan, Kecamatan Rangsang, Meranti, riau dan Kecamatan Kuala Kampar, Pelalawan pada sebelah barat. Sedangkan sebelah timur berbatasan Kota Batam dan Kepulauan Riau.
 
Karimun memiliki tiga pulau besar, yaitu Pulau Karimun, Pulau Kundur dan Pulau Sugi. Dari 245 pulau, 73 pulau berpenghuni, 172 pulau tidak berpenghuni, 200 pulau bernama dan 45 pulau tidak bernama.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa Karimun memiliki laut yang lebih luas daripada daratan, Pemkab Karimun menyatakan akan mengoptimalkan potensi kelautan tersebut untuk potensi pendapatan asli daerah. Baik dari sektor perikanan dan kelautan, maupun penambangan timah di laut. (rus)

Pos terkait