Kempas,JurnalTerkini.id – Masyarakat di sekitar Jalan Lintas Samudra, tepatnya di Kelurahan Harapan Tani dan Desa Teluk Kelasa, menyampaikan keluhan serius terkait melintasnya armada batu bara dengan kapasitas muatan mencapai 30 hingga 33 ton. Warga merasa khawatir jalan utama yang menjadi akses vital mereka akan kembali rusak, seperti yang terjadi 15 tahun lalu akibat lalu lalang kendaraan berat milik PT RBH.
Menurut Rudianto, Ketua RT Sido Mulyo, kerusakan jalan yang disebabkan oleh armada batu bara PT RBH pada masa lalu tidak hanya menghancurkan infrastruktur tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang sangat besar bagi warga sekitar. “Saat itu, jalan kami hancur lebur, menyebabkan kemacetan parah, dan aktivitas ekonomi warga terganggu. Banyak usaha kecil yang terdampak, dan banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk perbaikan,” jelas Rudianto.
Seiring berjalannya waktu, warga yang merasa khawatir akan kondisi jalan yang sudah mulai rapuh, mengajukan keberatan terhadap rencana melintasnya armada batu bara dengan muatan besar tersebut. Mereka menilai bahwa kondisi jalan saat ini sudah sangat rentan dan tidak dapat menahan beban kendaraan seberat itu dalam jangka panjang. “Kami takut jika hal ini dibiarkan, kerusakan parah akan terjadi lagi. Jalan ini adalah satu-satunya akses bagi kami untuk beraktivitas sehari-hari, baik untuk transportasi, pendidikan, maupun distribusi barang,” tambahnya.
Menanggapi keluhan tersebut, sore hari ini, Minggu (6/4/2025), warga Kelurahan Harapan Tani bersama masyarakat Desa Teluk Kelasa mengadakan mediasi yang melibatkan pengawasan lapangan dan para pengemudi armada batu bara yang hendak melintas. Dalam mediasi yang berlangsung cukup intens, warga menuntut agar armada batu bara yang berniat melintas di Jalan Lintas Samudra segera putar balik demi mencegah kerusakan jalan lebih lanjut. “Kami minta armada batu bara ini untuk tidak melintas di jalan kami. Jalan ini sudah sangat rentan, dan jika dibiarkan, bukan hanya infrastruktur yang akan rusak, tetapi kehidupan ekonomi kami juga akan terganggu,” tegas seorang warga, Ridek, yang turut serta dalam mediasi.

Pihak pengawasan lapangan yang hadir dalam mediasi menyampaikan bahwa mereka akan melakukan evaluasi terkait rencana perlintasan armada batu bara dan mempertimbangkan kondisi jalan serta dampaknya terhadap warga. Namun, warga tetap menekankan bahwa keberadaan armada besar ini sangat mengancam keselamatan dan keberlanjutan kehidupan ekonomi mereka. “Kami berharap pemerintah atau pihak berwenang bisa segera mengeluarkan kebijakan yang membatasi pergerakan armada batu bara di jalan-jalan yang tidak layak menampung beban berat. Ini sudah menjadi masalah serius yang membutuhkan perhatian segera,” ujar Rudianto.
Warga berharap agar kejadian serupa yang terjadi 15 tahun lalu tidak terulang lagi, dan mereka juga meminta agar masalah ini segera mendapatkan perhatian serius dari pihak-pihak terkait. “Kami hanya ingin jalan yang aman dan bisa digunakan dengan baik. Kami tidak ingin masalah yang sudah terjadi di masa lalu kembali menghantui kami,” pungkas Rudianto.









