Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU), sama-sama mengucapkan permintaan maaf di hadapan ribuan warga nahdliyin yang tengah melakukan aksi istigosah doa dan sholawat atas musibah banjir rob di Jalan Pantura Sayung, Kabupaten Demak./Dok.Foto.Ars.(jurnalterkini.id/Ponco)
Demak, JurnalTerkini.id — Ribuan warga Nahdliyin memadati Jalan Raya Semarang–Demak, tepatnya di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, dalam sebuah aksi doa bersama dan selawat akbar, Minggu (15/6/2025). Aksi damai ini merupakan bentuk keprihatinan dan protes atas musibah banjir rob yang telah puluhan tahun melanda kawasan pesisir utara Jawa tersebut.
Aksi bertajuk “Kemanusiaan di Atas Musibah Banjir Rob Sayung” ini membuat jalur Pantura lumpuh total. Jalan yang setiap harinya sudah tergenang banjir setinggi lutut, hari itu berubah menjadi lautan manusia yang khusyuk melantunkan doa dan sholawat di bawah terik matahari. Hadir dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, massa menunjukkan solidaritas dalam bentuk yang damai namun sarat makna.
Di hadapan ribuan warga yang hadir, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyampaikan permohonan maaf atas lambannya penanganan banjir rob di wilayah tersebut. Mereka mengakui bahwa beban penderitaan masyarakat adalah konsekuensi dari kegagalan pemerintah dalam mengatasi persoalan infrastruktur pesisir secara cepat dan menyeluruh.
Menteri PUPR, Dody Hanggodo, secara terbuka meminta maaf dan mengakui bahwa permasalahan rob tak bisa diselesaikan dalam waktu singkat karena terkendala oleh anggaran dan waktu. Namun ia memastikan bahwa pemerintah tidak tinggal diam.
“Kami minta maaf sebesar-besarnya karena kami terlihat lamban dalam menangani. Insya Allah, kami tetap berjuang untuk menyelesaikan masalah rob yang menimpa wilayah pantai utara Jawa ini,” ujar Menteri Dody saat menemui para peserta aksi.
Permintaan maaf juga disampaikan oleh mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah periode 2019–2024, Taj Yasin Maimoen atau yang akrab disapa Gus Yasin. Ia mengaku menyesal karena selama masa jabatannya belum mampu menangani banjir rob di Sayung secara optimal.
“Saya merasa bersalah karena selama lima tahun saya menjabat, saya belum bisa menangani. Saya mohon maaf kepada semua warga. Jangan salahkan siapa-siapa, salahkan saya,” ucapnya penuh penyesalan.
Koordinator aksi, Mustain, menegaskan bahwa istigasah massal ini lahir dari keresahan masyarakat yang merasa terabaikan selama bertahun-tahun. Ia berharap suara masyarakat bisa sampai ke telinga Presiden Prabowo Subianto dan mendorong pemerintah pusat untuk segera bertindak lebih nyata.
“Ini adalah aspirasi murni warga. Kami percaya, dengan doa dan perjuangan ini, semoga didengar para pemimpin, termasuk Presiden. Kami ingin ada solusi nyata, bukan sekadar janji,” ujar Mustain.
Sebelumnya, banjir rob yang terjadi hampir setiap hari di kawasan Sayung telah mengganggu aktivitas warga, merusak akses jalan utama, serta mengancam kesehatan dan keselamatan penduduk. Meski upaya penanganan seperti pembangunan tanggul dan peninggian jalan sudah dilakukan, hasilnya dinilai belum cukup mengatasi akar masalah.
Aksi damai ini menjadi sorotan nasional sebagai simbol keputusasaan sekaligus harapan masyarakat terhadap kehadiran negara dalam menghadirkan keadilan dan perlindungan di tengah bencana yang tak kunjung usai.(PH)