Sedotan Stainless dan Bambu Kini Naik Daun

Sedotan plastik termasuk sepuluh besar sampah yang mencemari lautan. Karenanya sejumlah pihak, termasuk restoran, kini berhenti menyediakan sedotan plastik dan mendorong masyarakat untuk menggunakan sedotan ramah lingkungan. Apa saja sedotan yang ramah lingkungan itu dan di mana bisa didapatkan?

BANDUNG, JAWA BARAT — Mencari alternatif pengganti sedotan plastik gampang-gampang susah. Kita bisa memilih sedotan logam tahan karat (stainless) atau sedotan bambu. Namun rupanya masyarakat masih kesulitan mendapatkan produk tersebut.

Menurut penggagas Zero Waste Warriors, Zeiny Sofiani, sedotan stainless harganya mahal dan belum tersedia luas sehingga orang jadi malas beralih ke sedotan ramah lingkungan itu. Tapi gerakan yang dipimpinnya kini menawarkan sedotan stainless dengan harga bersahabat.

“Aku tujuannya memfasilitasi teman-teman untuk memulai perubahan. Jadi aku cari harga yang paling murah biar orang-orang nggak malas untuk memulai perubahan itu. Nggak susah kok, gampang kok mendapatkannya,” jelas lulusan pendidikan biologi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung ini.

Gerakan yang berbasis di Bandung, Jawa Barat, ini menawarkan sedotan dari harga 10 ribu sampai 18 ribu tergantung warnanya. Harga ini hanya sepertiga dari harga sedotan stainless yang sudah banyak dipasarkan di toko-toko daring.

Zero Waste Warriors Pasarkan Sedotan Stainless Lewat Instagram dan Jastip

Zero Waste memasarkan produknya lewat Instagram @zzerowaste_warriors dan membuka jasa titip (jastip) untuk kota Solo dan Yogyakarta. Zeiny menjelaskan, dia juga akan menjual produknya di tiga kedai kopi yang bekerjasama dengan gerakannya itu.

“Ke depannya Zero Waste Warriors bisa didapatkan secara offline di coffee shop terdekat. Untuk mempermudah orang menjangkau produk kita, biar orang tuh nggak malas. Kan ada beberapa yang malas ….aduh harus COD atau kirim,” paparnya lagi.

Ke depannya, Zero Waste Warriors akan mengembangkan produk-produk lain supaya masyarakat tidak perlu menggunakan plastik lagi.

“Karena plastik ini tuh benar-benar masalah besar. Mereka tidak bisa diurai secara cepat, mereka cuma dipakai beberapa detik tapi berada di bumi sangat lama. Korbannya adalah makhluk hidup lain yang mereka tidak tahu bahwa plastik berbahaya bagi mereka,” ujar perempuan yang akrab dipanggil Jeje ini.

Diver Clean Action: Warga Indonesia Gunakan 93 Juta Sedotan Plastik Setiap Hari

Komunitas lingkungan Diver Clean Action mencatat, masyarakat Indonesia menggunakan 93 juta sedotan plastik setiap harinya. Setiap orang rata-rata menggunakan 1 sampai 2 sedotan per hari, yang bisa berasal dari restoran, minuman kemasan, dan sumber lainnya.

Sedotan dan plastik lainnya kebanyakan jadi sampah yang terbawa ke laut. Akibatnya, banyak hewan laut yang secara tak sengaja memakan sampah plastik dan akhirnya mati. Seperti misalnya seekor paus di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang ditemukan tewas 11 November lalu dengan enam kilogram sampah plastik di perutnya.

Sedotan Bambu, Salah Satu Alternatif Pengganti Sedotan Plastik

Alternatif lain dari sedotan plastik adalah sedotan bambu. Dibanding sedotan plastik yang butuh 500 tahun untuk terurai, sedotan bambu hanya butuh beberapa hari. Aseh Badranaya, pemasaran Perkumpulan Pelaku Usaha Bambu Indonesia (Perpubi) menjelaskan hal ini dalam festival “Bambu is Wonderful” di Bandung, Senin (26/11).

“Masyarakat bahkan masyarakat dunia sudah memahami bahan yang serba alami. Keunggulannya kalau sedotan plastik baru hancur setelah ratusan tahun. Kalau sedotan bambu langsung hancur. Jadi kembali ke tanah kembali terurai. Jadi tidak membahayakan,” ujarnya.

Perpubi menghubungkan perajin bambu di Situbondo dan Yogyakarta dengan reseller yang tersebar di sejumlah kota. Para reseller ini dapat memesan 500 sampai 750 sedotan bambu untuk dijual kembali di toko-toko online. Harga sedotan bambu dari produsen hanya 1500 Rupiah dan dijual ulang dengan harga 3.000 Rupiah.

Kalangan Bisnis Mulai Melirik Sedotan Alternatif

Sejumlah kalangan bisnis mulai mengurangi pemakaian sedotan plastik. Di dunia, kedai kopi Starbucks punya target menghilangkan sedotan plastik di seluruh tokonya pada 2020. Sementara di Indonesia, KFC sudah tidak menyediakan sedotan mulai 2017, disusul Mc Donalds pada 2018.

Kalangan bisnis pariwisata pun mulai beralih. Alcheringa Holiday, yang memiliki properti di Yogyakarta, Karimun Jawa, dan Manado, mulai menggunakan sedotan stainless. Pemilik Alcheringa Holiday, Nino Susanto, membeli 50 buah sedotan stainless dari Zero Waste Warriors untuk digunakan di seluruh propertinya.

“Mau tidak mau begitu ada solusi lain memakai stainless straw kami dengan senang hati memakai itu. Sedotan ini akan menggantikan semua sedotan plastik di cottage kami. Jadi kami tidak akan pakai lagi sedotan plastik,” jelasnya.

Alcheringa Holiday tengah menerapkan prinsip ramah lingkungan di seluruh propertinya, termasuk mengurangi sampah dan mengolah limbah air untuk menyiram tanaman. Upaya ini akan dilengkapi dengan pemakaian sedotan stainless. Nino mengatakan, harga sedotan stainless terjangkau sehingga dia mau beralih.

“Kami pikir ya relatif murah. Karena kalau makin mahal lagi akan semakin susah meyakinkan orang untuk beralih dari sedotan plastik ke stainless. Tapi kalau untuk ukuran kami sih cukup affordable karena ini bisa dipakai lagi,” jelasnya lagi.

Baik individu maupun pemilik bisnis, diharapkan semakin banyak orang yang beralih ke sedotan ramah lingkungan, ujar penggagas Zero Waste Warriors, Zeiny.

“Mengajak teman-teman melakukan perubahan yang nggak sulit kalau ita lakukan bareng2 dan nggak ada yang percuma kalau kita lakukan bersama-sama,” harapnya. [voaindonesia.com]

Pos terkait